Jumat, 05 Juni 2015

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK MODUL 5

MODUL 5
KB 1 Karakteristik dan kebutuhan Pendidikan anak yang berkelainan fisik
Bagian otak yang mengatur hubungan pada indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengenal rasa dan penciuman adalah corpus collosum.
Karakteristik umum kesulitan yang dialami anak berkelainan fisik:
1.      Kesulitan memproses, terjadi bila gangguan syaraf menghambat diterimanya informasi atau untuk mengungkap sesuatu secara memadai
2.      Kesulitan dalam motivasi terjadi bila kebutuhan akan usaha pribadi berinteraksi dengan image diri dan percaya diri, yang berakibat pada berbagai motivasi
3.      Kesulitan berpartisipasi terjadi bila gangguan fisik menghambat kemampuan anak untuk bergabung dalam kegiatan kelas.
Beberapa kelainan fisik:
1.      Cerebral Palsy, ketidaknormalan gerakan dan postur karena gangguan atau ketidakmatangan otak (Denhoff). Cerebral palsy sebagai akibat dari kerusakan gangguan otak dapat ditelusuri, mungkinkarena adanya kerusakan fisik (trauma) atau oleh penyebab lain yang tidak langsung misal kekurangan oksigen, contol lain, epilepsi adalah bagian dari cerebral palsy.
2.      Spina Bifida, gangguan saraf
Gangguan saraf pada spina bifida terpusat, sedangkan pada cerebral palsy gangguannya menyebar.
Gangguan lain yang terjadi pada spina bifida dan sering memerlukan bantuan operasi (pembedahan) adalah hydrocephalus.
3.      Epilepsi,gangguan saraf yang mempengaruhi pendidikan anak.
Convulsion adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang bila gangguan pada bagian otak tertentu.
KB 2 Karakter dan Kebutuhan Pendidikan Anak yang Berkelainan fisik
    Konsep intelegensi dikembangkan berdasarkan tulisan .Keduanya berpandangan bahwa intelegensi sebagai fasilitator penyesuaian antara aspek-aspek berfikir ,sensorik dan fisik dan seseorang dengan lingkunganya.
 Binet memandang intelegensi sebagai bagian dasar manusia yang mencakup judgement,intiative,adaptation terhadap suatu keadaan.
IQ normal menurut skala Binet dari Amerika Serikat adalah antara 61-100.
Klasifikasi berdasarkan IQ pada ketidakmampuan intelektual
Tingkat ketidakmampuan
Menurut skor Binet
Menurut skor Wechsler
Ringan
68-52
69-55
Sedang
51-36
54-40
Parah
35-
39-
Menurut Bower, siswa yang emosinya terganggu mempunyai karakteristik:
1.      Ketidakmampuan belajar, yang tidak dapat diterangkan dengan faktor kesehatan intelektual dan sensori
2.      Ketidakmampuan membangun dan mempertahankan hubungan interpersonal dengan teman dan gurunya
3.      Bentuk perilaku dan perasaan yang tidak memadai tapi berada di bawah normal
4.      Menunjukkan ketidakbahagiaan dan berada dalam suasana depresi
Bower  mendefinisikan penyimpangan perilaku yang mencakup tingkat,durasi,variasi perilaku,dan hubungan terhadap kondisi-kondisi ketidakmampuan lainya.
Wood mengajukan bahwa suatu definisi yang baik mengandung permasalahan:
1.Pengganggu.Apa atau siapa yang dianggap sbg fokus permasalahan?
2.Perilaku bermasalah.Bagaimanakah pertilaku bermasalah dipermasalahkan?
3.Setting.Dimana perilaku itu terjadi?
4.Terganggu.Siapa yang menganggap perilaku itu terganggu?
Peserta Didik Autis
Autis berasal dari bahasa Yunani dari kata autos,yang berarti diri.istilah pertama yang digunakan oleh Eugene Bleur.Selain faktor genetik dan lingkungan yang tercemar populasi, pandangan yang lebih mendapat dukungan ilmuwan mengungkapkan bahwa kelainan sistem kerja otak, terutama pada lapisan korteks serbral, serebelum dan sistem limbik merupakan penyebab autistik pada anak.
1.      Karakteristik anak autis
Menurut pengklarifikasian Lauren B. Alloy, dkk, dalam Abnormal Psychology, empat karakteristik anak autis; isolasi diri, keterbelakangan mental, kemampuan bahasa rendah, dan perilaku menyimpang.
Ciri (khas) perilaku anak autis:
a.       Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara
b.      Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain dan tidak mempunyai empati
c.       Pemahaman anak sangat kurang
d.      Kadangkala anak mempunyai daya ingat yang sangat kuat
e.       Anak mengalami kesukaran dalam mengekspresikan perasaannya
f.       Memperbaiki perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan

2.Relasi Pendidik dan peserta didik dalam Setting pembelajaran autis
    Empati dan peran aktif keluarga memainkan peran yang sangat menentukan keberhasilan  pembelajaran terhadap anak autis.

3.      Stategi pembelajaran anak autis
Strategi pembelajaran sebagaimana dikemukakan Wina Sanjaya adalah perencanaan yang berisi serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.. pilihan strategi yang digunakan beranjak dari strategi individual sampai pada penggunaan strategi kelompok, bagi anak yang telah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan.
Dalam uji coba dan penerapannya, strategi yang kerap digunakan untuk anak autis mengacu pada teori A-B-C (autecendent-behavior-consequence) yang diperkenalkan psikologi Loovas atau dikenal applied Behavior analysis (ABA). Strategi ini dimulai dengan instruksi atau antecedent atau pra-kejadian, yakni pemberian instruksi kepada anak baik berupa perintah meniru, pertanyaan atau visual. Setelah 3-4 detik, anak diharapkan akan memberikan behavior (perilaku) atau respon sesuai dengan instruksi. Untuk membuat respon anak bertahan makan diperlukan consequence atau akibat; baik berupa reinforcemenet (penglihatan), prompt (bantuan) kepada anak untuk memberikan jawaban yang benar.

KB 3 Karakter dan kebutuhan Pendidikan Anak berkesulitan belajar 
Beberapa modifikasi tugas untuk memfasilitasi perkembangan siswa diuraikan berikut ini:
1.Modifikasi tugas disesuaikan pada kesiapan siswa
   Tugas -tugas dapat dianalisis melalui dimensi proses.Spenry menunjukan dimensi-dimensi untuk   dipertimbangkan dalam menganalisis tugas-tugas dari yang paling sulit kepada yang paling sulit.
a.Dari situasi sosial kepad yang non sosial
b.Dari materi dan respon yang abstrak kepada yang konkret
c.Dari materi yang verbal kepada yang non verbal
2.Modifikasi proses -proses tugas disesuaikan dengan gaya -gaya belajar siswa
Meichenbaum menyarankan 3  langkah dalam modifikasi tugas :
1.Manipulasi tugas
2.Mengubah lingkungan
3. Berikan dukungan atau spirit

 Pendidikan inklusif 
Merupakan suatu pandangan yang menuntut adanya perubahan layanan pendidikan yang tidak diskriminatif ,menghargai perbedaan, dan pemenuhan kebutuhan setiap individu berdasarkan kemampuanya.
Phil Foreman: pendidikan inklusif adalah sebuah proses yang sistematis mengantarkan anak-anak berkebutuhan khusus dan kelompok anak tertentu pada usia yang sama kedalam lingkungan yang alami dimana umumnya anak-anak bermain dan belajar.
Bern dalam budi.H :merupakan filosofi pendidikan yaitu bagian dari keseluruhan.
Stainback dalam Sunardi:merupakan sekolah yang menampung semua siswa di kelaas yang sama dengan layanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
Kebhinekaan vertikal mencakup perbedaan kecerdasan ,kekuatan fisik,ketajaman sensoris ,kepekaan sosial,dan kematangan emosional.
Kebhinekaan horisontal mencakup perbedaan ras ,suku,adat ,agama dan berbagai variabel lain .

Johnsen dan Miriam Skojen menjabarkan 3 prinsip pendidikan inklusif:
1.Bahwa setiap anak termasuk dalam komunitas setempat dan dalam suatu kelas atau kelompok
2.Hari sekolah diatur penuh dengan tugas -tugas pembelajaran kooperatif dengan perbedaan     pendidikan dan fleksibilitas dalam memilih dengan sepuas hati
3.guru bekerja bersama dan mendapat pengetahuan pendidikan umum,khusus dan tekhnik belajar individu serta keperluan pelatihan dsan bagaimana mengapresiasikan keanekaragaman dan perbedaan individu dalam pengorganisasian kelas

Mulyono dalam Sri Wahyu Ambarwati mengidentifikasi prinsip pendidikan inklusif kedalam 9 elemen:
1.Sikap guru yang positif terhadap kebhinekaan
2.Interaksi promotif ,yaitu upaya untuk saling menolong dan saling memberi motivasi dalam belajar.
3.Pencapaian kompetensi akademik dan sosial
4.Pembelajaran adaptif
5.Konsultasi kolaboratif
6.Hidup dan belajar dalam masyarakat
7.Hubungan kemitraan antara sekolah dan keluarga
8.Belajar dan berfikir independen
9.Belajar sepanjang hayat.
Prosedur pembelajaran yang inklusif:
1.Pembentukan tim pembelajaran inklusif
2.Mengidentifikasi kebutuhan
3.Mengembangkan tujuan pembelajaran
4.Merancang pengembangan pembelajaran
5.Menentukan evaluasi kemajuan





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar